Menurut sumber kami di satgas Covid-19 Jawa Timur, masalah dalam sistem rujukan muncul karena rumah sakit tidak memiliki sistem terintegrasi yang dapat memetakan jumlah tempat tidur yang tersedia di setiap rumah sakit.
Hal ini sangat memperlambat proses rujukan pasien Covid-19.
Oleh karena itu, pemerintah provinsi meluncurkan Sistem Rujukan Satu Pintu, yang diinisiasi oleh Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga dan didukung oleh sistem Covid-hub yang terdiri dari pemerintah Jawa Timur dan Komando Daerah Pertahanan Bersama (Kogabwilhan) II.
Sistem Covid-hub bertujuan untuk berfungsi sebagai sistem pengendalian virus corona di sisi hilir, terutama dalam hal manajemen kuratif.
Sistem tersebut menyediakan sistem rujukan terbuka yang diperbarui secara online 24 jam sehari, sehingga rumah sakit bisa mendapatkan informasi real-time ketersediaan tempat tidur di rumah sakit rujukan Covid-19.
Di bawah sistem baru, rumah sakit tidak dapat melihat data rumah sakit lain, yang diharapkan dapat mendorong rumah sakit untuk terbuka terkait data Covid-19. Sistem ini dipantau oleh Kogagwilhan di pusat data yang terletak di rumah sakit darurat Indrapura.
Semua rumah sakit rujukan Covid-19 di Jawa Timur diharapkan untuk bergabung dengan sistem Covid-hub, dengan 32 telah bergabung sejauh ini.
Sistem Covid-hub merupakan terobosan untuk mengurangi waktu rujukan, meningkatkan layanan bagi pasien Covid-19 dan mempercepat respons terhadap kasus Covid-19.
Pada akhirnya, sistem dapat mencegah kelebihan beban di rumah sakit rujukan dan semoga segera menurunkan kasus Covid-19.
Masalah lain yang dihadapi Jawa Timur adalah meningkatnya jumlah tenaga medis yang meninggal karena Covid-19.
Di seluruh negeri, tingkat kematian sudah sangat tinggi 6 hingga 7 persen, dibandingkan dengan tingkat global kurang dari 1 persen.
Di Jawa Timur, angkanya adalah 10 persen, menurut data terbaru kami.
Oleh karena itu, satgas Covid-19 Jawa Timur merekrut 470 relawan medis untuk membantu perawatan pasien.
Namun, angka tersebut belum cukup mengingat jumlah kasus Covid-19 yang meningkat pesat. Baru-baru ini, Walikota Surabaya Tri Rismaharini mendekati Universitas Airlangga untuk meminta lebih banyak tenaga kesehatan.
Tingkat tekanan yang dihadapi para profesional kesehatan di Jawa Timur sangat besar. Sayangnya, pemerintah belum memenuhi janjinya untuk memberikan insentif keuangan.
Salah satu alasan utama di balik lonjakan kasus Covid-19 yang signifikan di Jawa Timur adalah keengganan masyarakat untuk mengikuti protokol kesehatan.
Sebuah video baru-baru ini muncul menunjukkan orang-orang berbicara berjalan, bersepeda dan berolahraga tanpa jarak fisik di Surabaya. Mal dan restoran tetap buka dan tidak mempromosikan jarak fisik.
Kegagalan pemerintah daerah dalam menegakkan protokol kesehatan adalah hambatan terbesar dari upaya kami untuk menahan penyebaran Covid-19.
Survei online kami tentang persepsi masyarakat mengenai Covid-19 dan protokol kesehatan baru-baru ini menegaskan bahwa perilaku masyarakat bertanggung jawab atas tingginya jumlah infeksi di Jawa Timur.
Kami menemukan bahwa 2,7 persen responden menganggap Covid-19 tidak menular dan 4,2 persen tidak menganggap Covid-19 berbahaya.
Terkait protokol kesehatan, seperti memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan tinggal di rumah, sekitar 1,8 persen responden tidak setuju dengan langkah-langkah tersebut.
Bagian terbesar dari ketidaksepakatan publik menyangkut keyakinan agama: 15,8 persen responden yang menolak protokol lebih memilih untuk berdoa di tempat ibadah daripada di rumah.
Ketika ditanya tentang kepatuhan diri terhadap peraturan kesehatan, 19 persen responden mengatakan mereka tidak pernah atau jarang melakukan jarak fisik atau menghindari kerumunan, 4 persen mengatakan mereka tidak pernah atau jarang memakai masker saat pergi keluar.
Mereka juga terus bersosialisasi: 15 persen mengatakan mereka pergi ke resepsi pernikahan, 5,5 persen ke pusat perbelanjaan dan 28 persen pergi ke tempat ibadah dalam dua minggu terakhir.
Tanpa perubahan perilaku dan penegakan protokol kesehatan yang ketat, situasi Covid-19 di Jawa Timur tidak akan membaik, terlepas dari upaya pemerintah daerah. Jawa Timur pasti dalam keadaan darurat.
Maria Cellina Wijaya adalah seorang dokter dari Universitas Airlangga dan Rizqy Rahmatyah adalah seorang dokter dari Universitas Airlangga dan seorang peneliti independen. The Jakarta Post adalah anggota mitra media The Straits Times, Asia News Network, aliansi 24 organisasi media berita.
+ There are no comments
Add yours